Genderang perang terhadap “magic box” bernama televisi telah berlangsung lama. Berbagai dampak buruknya sering diseminarkan. Hanya saja pihak yang menabuh genderang perang itu hanya segelintir, sehingga wajar saja gaungnya mudah tertelan oleh popularitas acara yang ditayangkan.
Sebenarnya bukan televisinya yang harus kita kritisi, tetapi tayangannya. TV hanya sarana. Sedangkan yang berbahaya adalah isi programnya. Baru-baru ini saya sempat menyaksikan sinetron Cinta Fitri. Tayangan ini sudah memasuki seri ke tiga, yang berarti ratingnya tinggi. Padahal menurut saya alur cerita terlalu dibuat-buat dan kurang kreatif. Yang patut dicermati adalah seringnya adegan tampar menampar antara tokohnya. Hal ini bisa disebut sebagai promosi kekerasan rumah tangga kepada khalayak. Lama kelamaan penonton akan menganggap tampar menampar adalah hal biasa dalam rumah tangga. Dampak lebih bahaya bagi anak kecil, ia bisa praktek tampar menampar dengan saudara ataupun temannya.
Ada juga sinetron yang kemasannya Islami tapi isinya merusak, bahkan bisa masuk kategori syirik. Sinetron Muslimah yang baru-baru ini ditayangkan, bercerita tentang seorang wanita berjilbab yang menjadi PRT di Arab. Ia meninggalkan suami dan anak perempuannya di Indonesia. Di Arab sana, ia sering dimarahi dan disiksa majikan (majikan berjilbab lebar, yang laki berjenggot.). Majikan perempuan galak dan pelit, majikan laki-laki suka main mata. Kritik pertama saya adalah, sinetron ini tidak cerdas karena hanya mengikuti stigma orang awam tentang kehidupan Arab. Kemudian kritik yang kedua, sinetron muslimah harus segera membersihkan cerita dari kesyirikan. Dikisahkan anak perempuan si PRT memiliki tiga mata. Mata ketiga yang terletak di dahi, memiliki kekuatan ajaib semisal bisa menerbangkan mobil, bahkan dapat menolong ibunya nun jauh di Arab sana dari siksaan majikan. Kalau jalan cerita masih seperti itu, tayangan ini layak mendapat peringatan bahkan penyetopan dari MUI.
Ada lagi sinetron Hareem. Ini tentang kehidupan seorang Abi (panggilan untuk bapak) yang melakukan poligami. Dia berakhlak buruk terbukti dengan sering berkata kasar terhadap istri-istrinya. Sama seperti "Muslimah", sinetron ini akan berdampak timbulnya stigma buruk terhadap Islam. Tidak ada manfaat dalam tayangan ini.
Satu lagi, yang ini dari dunia film. Pembaca pasti tahu, judulnya adalah Perempuan Berkalung Handuk, eh Sorban. Di film itu dicitrakan kehidupan dan cara pandang pesantren yang tertinggal, berpikir sempit, menghambat kemajuan wanita.
Citra tidak dibentuk secara instan. Citra dibentuk perlahan demi perlahan, hingga akhirnya membentuk kesan. Anak kecil yang terbiasa melihat orang berjenggot atau berjilbab yang jahat dalam tayangan sinetron, lama kelamaan dalam benak bawah sadarnya akan muncul stigma negatif terhadap orang-orang Islam. Jika orang tua gagal membendung serangan TV, atau pun tidak berhasil menetralisir dampak buruk tayangan yang ditonton anak, bukan mustahil generasi islam ke depan gagal menjadi generasi Madani harapan ummat.
So, saya masih berpendapat bahwa menjauhkan anak dari tayangan TV adalah langkah terbaik
(Note: Nah saya tidak habis pikir, kenapa baik sinetron ataupun film seolah kompak menyudutkan Islam, dalam waktu yang bersamaan? Adakah hubungannya dengan agresi Israel, ataukah malah ada kaitannya dengan suara ummat Islam pada Pemilu mendatang?)
3 comments:
sinetron di Indonesia memang banyak yg tidak layak tonton.
iya pak, sptnya sinetron Indonesia byk yg mengada-ada deh...males ngeliatnya tp kok byk aja yg nonton ya...:D
sangat sangat setuju...say no to tv..sinetron..games..
Post a Comment