Tuesday 26 May 2009

Berburu Bekantan di Tarakan

Setelah berakhirnya tugas kantor di Tarakan (Kaltim) selama beberapa hari, saya dan tim menyempatkan diri mampir ke Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, yang letaknya tidak jauh dari Bandara Juata Tarakan. Tujuannya sih ingin melihat dari dekat kehidupan satwa yang dijadikan icon Dunia Fantasi itu.

Bandara Juata Tarakan :


Gerbang Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan



Menyusuri jalan yang terbuat dari susunan papan kayu


Ternyata populasi Bekantan tinggal sedikit saja


Sulit juga menemukan Bekantan, mungkin karena waktunya siang jadi Bekantan belum pulang kantor hehe. Nih untuk oleh-oleh ada foto patung Bekantan


Tuesday 19 May 2009

JJS (Jalan Jalan Sore)

Assalamu'alaikum. Apa kabar semua. Semoga sehat-sehat ya. Azka mau ngajak jalan-jalan sore. Hmm, tapi masih masih ngantuk, bobok sebentar lagi ah...



Nah sekarang Azka sudah siap...Tapi inget, temen2 ndak boleh rewel ya..(loh kok malah kebalik Azka yang kasih nasehat)


Pandangan lurus ke depan...Mari kita jalan-jalan sambil belajar. Siapa tahu ada hal baru yang bisa dipelajari ama Azka


Eh ada kucing kecil, kasian ibunya dimana...kok sendirian. Eong..eong..


Ebi ngajak main kejar-kejaran, Abi lari-lari Azka kejar pakai stroller..hi hi Abi lucu jadi Azka ketawa deh


Hi hi jalan-jalan sorenya menyenangkan sekali..ada yang mau ikut...?






Thursday 7 May 2009

"Tukar Nasib", Acara yang Ga Penting

Beberapa minggu terakhir ini muncul acara TV yang cukup unik, dengan judul Tukar Nasib. Alkisah dua keluarga dengan latar belakang ekonomi yang kontras, diberi kesempatan menukar status mereka. Mulai dari rumah dengan segala isinya, mobil, bahkan pekerjaan ikut ditukar.

Semisal seorang tukang kebun bertukar status dengan seorang direktur perusahaan. Maka semenjak hari itu si tukang kebun dan keluarganya akan menempati rumah sang direktur. Terlihat di Televisi bagaimana polos dan bingungnya mereka ketika dihadapkan dengan rumah megah, kasur empuk, bahkan mungkin kolam renang. Ada sebuah adegan (yang menurut saya dibuat-buat), si miskin bingung mendengar bunyi telepon, dan ketika mengangkat gagang telepon pun terbalik. Atau adegan si ibu dan anaknya yang clingak clinguk dengan suasana mewah yang tidak biasa mereka hadapi.

Di sisi lain, sang Direktur dan keluarganya akan menempati gubuk reyot milik si tukang kebun. Berlantaikan tanah, kasur bambu, nyamuk sliwer sana sini, dan ada kandang kambing di samping kamar. Si anak menangis karena tidak betah. Sehari-hari mereka berkebun, memelihara kambing, menyabit rumput dan aneka pekerjaan lain yang lumrah dilakukan di pedesaan.

Selama beberapa waktu mereka akan tinggal disana, sampai waktu yang ditentukan tiba dan mereka kembali akan "memiliki" rumah mewah mereka. Sedangkan si miskin akan "berhenti" dari kemewahan yang mereka nikmati beberapa saat dan kembali dengan segala kesusahan hidup yang telah menanti.

Menurut saya acara tersebut tidak mendidik. Program ini menjual kemiskinan, apa untungnya bagi penonton dengan melihat seorang miskin menikmati "kemewahan sesaat". Saya pribadi malah tidak tega menonton acara tersebut. Sama seperti acara lain yang mirip program tersebut, di mana seorang yang miskin diberi sejumlah uang yang banyak, kemudian dalam waktu singkat ia harus membelanjakan uangnya secepat mungkin. Kalau uang tidak habis berarti hangus. Maka ia berlari-lari dari toko ke toko membeli barang yang ia impikan.

Setelah usai bertukar nasib, bisa jadi keluarga si miskin (anak, istri) lupa bersyukur atas yang telah Allah berikan pada ayah/suaminya. "Seandainya ayahku direktur, seandainya suamiku memiliki harta banyak," dan pengandaian lain yang hanya memperpanjang angan-angan.

Boleh jadi maksud pemilik program ingin membuat si miskin menikmati yang namanya "menjadi kaya" walau sesaat. Namun menurut saya mudharat nya bagi si miskin dan keluarganya lebih besar lagi.

Mungkin yang cukup jadi penyeimbang adalah hikmah yang dapat dipetik keluarga si kaya, bahwasanya mereka harus mensyukuri nikmat berlebih yang telah diberikan pada mereka.



Mata Hati (by Hijjaz)

Ini nasyid yang aku gemari dulu. Inget sering nyetel berbagai nasyid sewaktu numpang tinggal di Jogja, tepatnya rumah Paman Afifi di daerah Ganjuran, Condong Catur:

Pandangan mata selalu menipu
Pandangan akal selalu tersalah
Pandangan nafsu selalu melulu
Pandangan hati itu yang hakiki
Kalau hati itu bersih

Hati kalau terlalu bersih
Pandangannya kan menembusi hijab
Hati jika sudah bersih
Firasatnya tepat kehendak Allah
Tapi hati bila dikotori
Bisikannya bukan lagi kebenaran

Hati tempat jatuhnya pandangan Allah
Jasad lahir tumpuan manusia
Utamakanlah pandangan Allah
Daripada pandangan manusia



Semua dari Allah, Pak

Seorang calon legislatif begitu bergembira karena dirinya lolos ke Senayan. Padahal namanya tidak sepopuler caleg lainnya yang lolos. Banyak yang menduga bahwa dirinya lolos karena keberuntungan.

Ketika diwawancara televisi, ia mengatakan " Ini bukan karena keberuntungan. Saya sudah bersosialisasi sejak lama". Yang kurang lebih jika saya artikan secara bebas "Ini hasil kerja keras saya sendiri".

Oalah Pak pak. Saya kira anda akan bilang, "Puji syukur kepada Allah. Banyak orang yang tidak menyangka saya akan terpilih. Tapi pasti Allah punya kehendak dengan terpilihnya saya ke Senayan". Tapi anda kurang bijak, malah mengatakan itu hasil kerja keras anda sendiri.





Tuesday 5 May 2009

Dunia oh Dunia

Bagaimana ini.
Lolos dari harta, kejebak tahta.
Ga mempan harta dan tahta, terperosok wanita.

Nabi Muhammad pernah ditawari oleh kaum Quraisy harta, tahta, dan wanita, tapi semuanya tidak mempan. Walaupun diberi matahari di tangan kanan dan bulan di tangan kiri.

Ya Allah lindungilah kami dari fitnah dunia.
berilah kami keutamaan negeri akhirat

Amin.