Saturday 27 December 2008

Kalau Suamiku sih....

Suamiku ke luar kota lagi. Terpaksa deh nggak belanja ke pasar, nunggu tukang sayur aja yang biasa beredar di komplek. Waduh! Ibu-ibu, para tetanggaku udah pada ngumpul. Bakalan seru nih. Mereka tengah mengelilingi gerobak sayur yang berhenti tak jauh dari rumahku. Percakapan nggak penting pun meramaikan suasana pagi. Biasalah ibu-ibu...

"Mbak, suaminya ke luar kota lagi ya?? tanya seorang tetanggaku padaku saat
aku baru saja mengucapkan salam pada mereka.

Rata-rata tetanggaku masih muda juga, nggak jauh usianya dariku.

"Kalau saya sih, kalau suami saya lagi keluar kota, bawaannya tuh pingin
tau aja dia lagi di mana, lagi ngapain." Sahut seorang tetanggaku tiba-
tiba.

"Suami mbak suka nelfon nggak?" tanya seorang tetanggaku yang lain padaku.

Duh, ibu-ibu sukanya ngurusin orang lain aja deh, gumamku dalam hati. Aku
sih hanya bisa tersenyum.

"Kalau suami saya nih ya... " kata tetangga depan rumahku, "mesti diingetin
dulu sebelum berangkat ?ntar kalo udah nyampe telfon?. Gitu... Kalo nggak
diingetin bisa nggak ada kabar sampe pulang lagi ke rumah."

"Iya memang... mereka nyantai aja, tapi kita yang khawatir di rumah."
sambung yang lain.

Dalam hati, kalau suamiku sih... tiap ke luar kota tujuannya jelas, bagian
dari pekerjaannya. Jadi gimana mau khawatir?! Emang sih dia nggak pernah
nelfon aku untuk ngasih tau dia sedang apa. Tapi cukup hanya dengan miscal
aku, aku tahu kok dia ngapain aja.

Tiap pagi jam 3 dia miscal, tanda dia udah bangun, mau sholat malem. Jam 5
miscal lagi tanda dia udah sholat subuh, mau ngaji. Miscal Jam 7 tandanya
dia udah makan, udah siap mau beraktivitas. Miscal jam 12 tandanya dia mau
sholat zhuhur trus makan siang. Miscal jam 3 sore tandanya dia mau sholat
ashar. Miscal jam 6 tandanya dia mau sholat maghrib dan diam di masjid
sampe isya. Jam 8 malam dia miscal lagi tanda dia udah makan malam. Kalau
deringnya lama tandanya dia mau ngobrol sama aku atau anak-anak. Kalau
nggak, ya berarti dia capek banget, mau langsung tidur.

"Kalo jeng ini mana khawatir, ibu-ibu." bela tetangga sebelah
rumahku, "Lihat dong jilbabnya. Tinggal berserah diri sama Tuhan, ya
sudah." diikuti dengan anggukan ibu-ibu yang lain.

"Kalau suami saya itu ada lucunya juga... " kata tetanggaku yang sedang
memilih2 sayur bayam, "kadang-kadang tengah malem dia nelfon ke rumah cuma
mo bilang selamat tidur aja. Hi hi..."

"Wah, Kalo suami saya sih, suka nggak sensi. Kalo saya nelfon bilang lagi
kangen sama dia, dia cuma bilang ?besok juga aku pulang?... Mbok ya bilang
kangen juga gitu lho. Nggak sensi deh, nggak romantis!" gerutu seorang
tetanggaku. "Kalau suami mbak? Romantis nggak?" tanyanya padaku.

Walah?! Aku hanya tertawa kecil, lebih sibuk memilih ikan daripada ikut
nimbrung percakapan mereka.

"Eh jangan salah. Jeng ini suaminya romantis buanget." bela tetangga
sebelah rumahku lagi.

Lha?! Aku jadi bingung. Kok malah dia yang lebih tahu.

"Pernah nih..." lanjutnya, "pagi-pagi Jeng ini bikin kopi anget. Suaminya
lagi duduk2 di depan rumah. Saya lagi nyapu halaman. Abis diminum sedikit
sama suaminya, dia minta Jeng ini nyicipin. Ternyata kopinya itu pahit,
lupa dikasih gula. Tapi gelasnya langsung ditarik sama suaminya. Tau nggak
kata suaminya? Katanya gini... ?udah nggak pa pa, abis dicicipin dinda
tadi, langsung manis tuh?. Gituuu..."

Waaa?! Semua orang memandangku... rasanya wajah ini sudah memerah jambu.
Tapi aku jadi inget kejadian sore itu. Hi hi hi. Lucu juga.

"Waduh waduh... nggak nyangka lho mbak." komentar tetanggaku, "Ternyata di
balik itu..."

"Makanya jangan kayak nuduh suami orang nggak romantis gitu dong." sahut
tetanggaku yang lain.

"Kalo suami saya mah jauh dari romantis. Kalo saya lagi pusing, pinginnya
kan dimanja, dipijetin. Eee ini malah disuruh minum obat. Kalo nggak ada,
beli sendiri ke warung." gerutu seorang tetanggaku.

"yah betul atuh. Kalo pusing mah minum obat, masa minum racun." sahut si
akang tukang sayur yang ternyata mengikuti perbincangan pagi itu. Tawa ibu-
ibu pun menyambut ceplosannya. Aku jadi ikut ketawa juga. Tukang sayurnya
ikut-ikutan aja deh.

Pikir-pikir, Kalo suamiku sih... kalo nemenin belanja, selalu ngangkatin
barang2 belanjaan. Kalo aku masak pagi2 untuk sarapan, dia pasti nemenin
aku duduk di ruang makan walaupun sebenernya dia masih ngantuk, nggak tega
katanya kalo aku sendirian di dapur. Kalo aku lagi males nyetrika, dia
bilang ?udah besok aja?, padahal baju itu mo dipake besok itu juga. Emang
sih dia nggak bantuin nyetrika. Tapi aku kan jadi nggak beban.

Tapi apakah suamiku romantis, aku masih ragu... Pernah suatu kali saat
suamiku berada dalam perjalanan ke luar kota. Aku lagi iseng nih ceritanya.
Aku sms dia, "abang, malam ini gelap ya? oh iya, kan bulannya lagi ke luar
kota." Dan tak berapa lama dia membalas, "nggak ada bulan tuh disini, nda.
gelap juga, sama." He he he... ternyata dia nggak ngerti maksudku.

Tapi ah, ngapain aku pikirin. Romantis gak romantis, tetep cinta kok.

Tiba-tiba hp-ku berbunyi di kantong gamisku.

"Wah, ada sms ya, Jeng. Pasti dari suaminya." goda tetangga sebelah rumahku.

"Iya... tadi pagi saya sms nanyain gimana pagi di sana. Ini pertama kalinya
dia datang ke kota itu." jawabku sambil membaca apa yang tertulis di layar
hp-ku itu.

"Apa jeng katanya?" usik tetanggaku yang penasaran melihat aku tersenyum
geli.

"Nggak penting kok." jawabku sambil memasukkan semua belanjaanku ke dalam
plastik dan membayarnya. "Yuk, ibu-ibu... assalaamu?alaykum." Aku pun pamit
pulang ke rumah.

Hmmm, masih dengan senyuman ini... tak bisa hilang kata-kata yang terbaca
di layar hp itu dari benakku, jawaban saat kutanya keadaan pagi di kota
tempat ia sedang berada.

"Dinda sayang... bagaimana hari bisa pagi di sini, sementara matahari
terbit di mata dinda"


Princess LL
wife_wannabe@eramuslim.com

Catatan satyoprabowo:
Artikel romantis ini sering dimuat dalam berbagai situs. Menarik dan segar. Banyak yang bisa dipelajari dari kandungan tulisan ini. Semoga saya juga dapat menjadi suami yang romantis.

Candaan dalam Pernikahan

"Mas, itu ada tukang bakso lewat!" ujar seorang istri pada suaminya. "Stttt... biarkan Dik, dia kan sedang usaha. Jangan diganggu!"

Mendengar ucapan suaminya tentu saja sang istri merasa gemas lalu mengejar sang suami yang ingin dicubitnya. Si suami tentu saja senang berhasil mencandai istrinya. Meski agak dongkol sang istri pun tertawa-tawa cukup lama.

Apakah anda senang bercanda dengan pasangan Anda, atau apakah pasangan anda senang menajak bercanda? Kalau jawabannya jarang atau bahkan tidak, berhati-hatilah. Beberapa tes untuk mengukur sejauh mana keharmonisan suatu hubungan pernikahan senantiasa menjadikan "ada tidaknya canda" sebagai salah satu parameter. Kurangnya canda dan gurauan di antara suami istri bisa menunjukkan kurang harmonisnya kehidupan rumah tangga.

Setiap orang tentu menginginkan hubungan pernikahannya harmonis hingga akhir hayat. Namun tak setiap pasangan dapat mempertahankan keharmonisan rumah tangganya, bahkan banyak yang berakhir dengan perceraian. Alasan perceraian "sudah tidak ada kecocokan" sebenarnya berarti sudah hilangnya keharmonisan dalam rumah tangganya.

Banyak faktor yang mempengaruhi hilangnya keharmonisan diantara keduanya. Diantara faktor yang paling penting yaitu komunikasi. Jika komunikasi mengalami hambatan bisa mempengaruhi hubungan suami istri.

Suami istri perlu membiasakan suasana komunikasi yang akrab dalam keseharian bahkan dalam menentukan berbagai keputusan penting dalam rumah tangga. Suami dan istri harus saling menghargai pendapat masing-masing. Tak sepantasnya suami mendoktrin istri, atau bahkan meremehkan pendapatnya. Demikian juga sang istri sebaiknya tidak mendominasi pembicaraan. Suasana dialogis perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

Rasulullah adalah teladan baik sebagai seorang suami dalam menjalin komunikasi dengan keluarganya. Beliau tak segan mendengarkan pembicaraan istri tanpa memotong, menyela bahkan menghentikannya. Sebagai contoh, suatu malam Aisyah menuturkan kisah yang amat panjang tentang sebelas orang wanita di zaman jahiliyah yang menceritakan suami-suami mereka.

Diceritakannya satu persatu cerita dari para wanita itu dari mulai satu hingga ke sebelas. Selama Aisyah bercerita Rasululah menyimaknya dengan baik. Aisyah merasa bebas bercerita kepada Rasul Allah SAW tanpa khawatir dipotong dan diacuhkan oleh beliau. Bahkan Rasulullah terlihat betah mendengar cerita Aisyah yang panjang lebar itu. Setelah selesai barulah beliau memberi komentar secukupnya. Dari kisah itu kita bisa melihat suasana komunikasi dalam keluarga yang baik dan lancar.

Rasulullah adalah juga sosok suami yang sangat memperhatikan kebutuhan batiniah istrinya. Rasulullah senantiasa mengupayakan suasana yang menyenangkan dan selalu ingin menghibur perasaan istrinya. Aisyah yang terpaut usia sangat jauh tidak dipaksa melulu untukmengikuti pola dan irama hidup Rasulullah sebagai pemimpin umat. Ada saat-saat di mana Rasulullah mengkondisikan suatu suasana dan situasi demi menyenangkan perasaan Aisyah. Nabi mengundang beberapa anak gadis Anshar untuk bermain-main dengan Aisyah. Dibiarkannya Aisyah bemain memuaskan hatinya. Hubungan harmonis Rasulullah dengan Aisyah pun terlihat dari sikap masing-masing terhadap pasangannya.

Aisyah pernah menyaksikan orang-orang Habsyah yang sedang bermain pedang di mesjid sebagai bentuk latihan menghadapi peperangan. Sambil menonton Aisyah bersandar di pundak beliau. Selama itu beliau tidak beranjak sampai Aisyah sendiri yang menginginkan pergi. Demikian juga Rasulullah kerap menyandarkan kepala di pangkuan Aisyah sambil membaca Al Quran.

Rasulullah bahkan pernah berlomba lari dengan Aisyah. "Rasulullah berlomba denganku hingga aku dapat mendahuluinya, sampai ketika saya menjadi gemuk beliau berlomba dengan aku dan beliau mendahului aku. Lalu beliau tertawa dan berkata, "Kali ini untuk menebus yang dulu" (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Untuk menciptakan suasana harmonis Rasulullah gemar bercanda dengan istrinya. Meskipun beliau banyak mengalami kesedihan, beliau suka bergurau. Beliau menyertai istrinya dalam tertawa. Pada suatu kali, saat membuat roti, dua orang istri Nabi yaitu Aisyah dan Saudah bercanda saling melumurkan adonan tepung ke wajah, dan Rasul turut serta bergembira bersamanya (HR. Bukhari).

Rasulullah pun menganjurkan bergurau pada sahabatnya. Rasulullah pernah berkata kepada Hanzhalah ketika. Hanzhalah merasa sedih melihat perubahan sikapnya (keadaannya) sendiri yang berbeda ketika berada di rumah dan ketika bersama Rasulullah saw, sehingga ia menganggap dirinya munafik.

Maka Rasulullah bersabda, "Wahai Hanzhalah kalau kamu terus menerus dalam keadaan seperti ketika kamu bersamaku, niscaya kamu akan disalami oleh malaikat di jalan-jalanmu. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, berguraulah sekedarnya."

Canda dan gurauan memang diperlukan dalam menjalin komunikasi yang akrab khususnya antara suami dan istri. Suasana tegang dan hubungan yang kaku dan hambar dapat dicairkan dengan gurau dan canda.

Menurut beberapa penelitian humor atau canda dapat menghindari stress dan timbulnya serangan jantung. Senyum dan tawa akan mengedurkan tegangnya urat syaraf. Persoalan rumah tangga yang kadang pelik dan rumit harus dihadapi dengan rileks. Pernikahan bukan sekadar kontrak sosial dimana suami istri terikat dengan peraturan dan hubungan kaku. Sebaiknya dibangun suatu relasi dan situasi yang yang nyaman dan menyenangkan di mana setiap pasangan dapat menikmati hari-harinya.

Dalam saling menasihati antara suami istri, canda dan humor juga sangat dibutuhkan. Menurut Abdullah Nashih Ulwan nasihat yang disertai humor dapat menggerakkan rasio, menghilangkan jemu dan menimbulkan daya tarik. Nasihat yang menggurui dan kritik yang tajam akan sangat berlainan dampaknya dibanding dengan nasihat dan kritik yang disampaikan dengan canda. Canda akan mengurangi resiko munculnya perasaan tersinggung. Canda memang dapat menciptakan suasana komunikasi yang kondusif dalam rumah tangga sehingga ikatan pernikahan senantiasa harmonis. Namun perlu diingat bahwa canda harus betul-betul diniatkan untuk menyenangkan perasaan pasangan, bukan untuk menyinggung perasaannya. Insisiatif meyenangkan hati pasangan ini jangan hanya muncul dari salah satu fihak, melainkan harus dari keduanya.

Istri maupun suami pun harus menghargai upaya pasangannya dalam menyenangkan hatinya sehingga ia akan merasa terpacu dan terpanggil untuk selalu menyenangkan hati pasangannya.

"Sesungguhnya hati itu bisa bosan sebagaimana badan pun bisa bosan (letih), karena itu carikanlah untuknya hiburan yang mengandung hikmah." (Ali karamallahhu wajhah).

Wallahu a'lam.

------------
sumber : Ida S Widayanti / Hidayatullah, Judul diedit oleh pemilik blog.

Sandal Jepit Istriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.
"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.
"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!" Jawabku masih dengan nada tinggi.Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis," batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.
"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.
Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…
*****
Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku."Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku."Lho, kok bilang gitu...?" selaku."Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi."Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.
******
Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin.
Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.
"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.
"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidah (*) ku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.
Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya."
Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!
"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.
"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini."Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.
******
Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...," ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.
Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan 'iffah (***) sepertimu?
Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?


Catatan satyoprabowo
:
Cerita dengan judul sandal jepit istriku ini sudah seringkali diposting di berbagai situs, atau sering beredar di mailinglist. Saya yakin, hikmah dari cerita ini akan membuat para suami akan lebih memperhatikan istri, dan bagi anda yang belum menjadi suami, dapat mempersiapkan pernikahan dengan akhlak yang lebih baik.

Tuesday 23 December 2008

Foto Azka AlFatih Tiga Bulan (Edisi Idul Adha)



Hallo. Assalamu'alaikum. Udah sebulan Azka engga nongol di Blog tercinta. Seperti biasa, ada foto ekslusif perkembangan Azka. Selain itu, kali ini ada tambahan foto dan liputan selama merayakan Idul Adha di Semarang. Yuks kita simak........

Pertama, ini foto model tidur Azka. Kalo telungkup begini tidur bisa nyenyak. Waktu abi nanya ke dokter anak, tidur telungkup dianjurkan pada bayi, agar posisi lidah tetap pada tempatnya dan tidak menghalangi pernapasan. Foto ini diambil sebelum Azka berangkat ke Semarang, waktu Azka hampir berusia tiga bulan. Zzzz zzzz



Nah yang ini adalah gambar kesayangan Azka. Pembaca bisa melihat gambar yang ada d guling bayi itu kan. Betul, itu adalah Tiger dalam Winnie the Pooh. Lucunya, Azka kurang respon kalo dikasih gambar tokoh Pooh (Beruang Madu) atau yang lain. Tapi kalau dikasih gambar Tiger, auuuummm...Azka langsung reaktif dan menggerakkan tangan-kaki dengan cepat.



Inilah foto selama perjalanan ke Semarang. Setelah kena macet beberapa kali, Azka dan keluarga istirahat di sekitar Tegal. Brr, air liur Azka keluar bukan karena mabuk lho.



Alhamdulillah berkat doa dari semua, Azka sehat wal afiat menempuh perjalanan selama delapan belas jam dari Jakarta menuju Semarang. Penyempitan jalan di Pantura bikin macet cukup lama, padahal kalau normal waktu yang diperlukan cukup 8-10 jam.
Sesampai di Semarang Azka disambut meriah. Ada kakek, nenek, om, bulik, kakek yut dan keluarga lainnya. Disana Azka ikut merayakan Idul Qurban juga loh. Ini foto Azka waktu mau ke masjid sama Abi.



Alhamdulillah Azka udah sampe di Jakarta kembali. Istirahat dulu ah.....



Azka juga sudah mulai belajar mengaji lho. Bismillaahirrohmaanirrohiim.....Alhamdulillaahirobbil 'Aalamiin....



Monday 15 December 2008

Senyum Ikhlas

Sesungguhnya senyuman adalah sedekah. Pancaran keikhlasan dalam senyum dapat mengobati luka, bisa menjadi penyembuh rindu, sanggup menawarkan gelisah jiwa. Pernah saat sedang kuliah dahulu, saya sedang merasa benar-benar sedih. Selama beberapa waktu saya tenggelam dalam kesedihan. Tiba-tiba saya berjumpa dengan sahabat saat menuju warung makan. Ia memanggil saya diirngi senyuman yang sangat ikhlas. Sontak hati ini bangkit kembali. Tanpa disadari Ia telah menyirami tanaman hati yang hampir mengering. Kami mengobrol dengan riang dan masalah yang saya alami pun terlupakan.

Contoh senyuman lainnya yang dapat menawarkan dahaga cinta adalah senyuman keluarga. Saat pulang ke rumah, Ibu menyambut dengan gembira. ”Eh anak lanangku sudah pulang”. Murni, tulus, bening. Hilang sudah rasa lelah selama mengikuti kuliah beberapa pekan, sirna pula rasa penat sepanjang perjalanan Yogyakarta-Semarang. Kemudian ayah dan adik-adik menyambut sehingga tenggelamlah kami dalam perbincangan hangat.
Penawar hati seperti ini tidaklah bisa ditakar dengan harta. Berapa banyak orang yang menghabiskan berjuta-juta demi kehangatan dan kasih sayang. Namun hanya orang yang ikhlas sajalah yang dapat menyebarkan kasih sayang tulus kepada sesamanya


Lidah dan Rasa Syukur

Ketika bertugas ke Semarang beberapa bulan yang lalu, saya sempat mampir ke sebuah restoran di jalan Pandanaran Semarang. Restoran Padang ini cukup besar dengan menu lengkap khas restoran Padang tentunya. Bertahun-tahun lalu tepatnya ketika masih duduk di bangku SMA, saya dan keluarga pernah makan bersama di tempat ini. Ketika itu terasa benar nikmatnya masakan Padang spesial yang jarang bisa dijumpai di rumah.
Hampir delapan tahun kemudian, saya kembali mengunjungi restoran ini tapi tidak dengan keluarga. Saya dan seorang pegawai sebuah Direktorat di Jakarta mampir untuk makan malam, mengingat restoran tujuan kami semula telah tutup. Yang menjadi ganjalan bagi saya setelah usai santap malam adalah, rasa lezat restoran ini yang dulu saya rasakan telah hilang. Apakah yang membuat restoran ini menurunkan cita rasanya, batin saya.

Baru-baru ini ketika bertemu dengan keluarga istri yang sama-sama berasal dari Semarang, saya menyampaikan hal tersebut. Komentar yang mendalam muncul dari Pakde: “Seleramu sudah berubah Nak.....................” Sangat dalam berarti bagi saya. Nikmat memang relatif. Seorang yang biasa makan dengan ikan asin akan sangat berbahagia jika bisa makan dengan telur. Yang biasa makan telur pingin makan seafood, dan seterusnya..
Namun ada komentar melegakan dari bude ”Memang restoran itu kini sudah menurun kualitasnya. Kalau dulu citarasanya lebih enak daripada sekarang”. Alhamdulillah. Kekhawatiran saya akan lidah yang mulai ”pilih-pilih” pun hilang.
Dibalik itu semua ada hikmah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan. Barang siapa bersyukur, sesungguhnya Allah akan menambah nikmat dari –Nya


Thursday 4 December 2008

Masuk Islamnya Napoleon Bonaparte

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.

Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.

Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.

Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.

Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya?

Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.

"I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters ?"

"The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea... I say that of all the suns and planets,..."

"Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?" (Lihat Kejadian 19:30-38)

"Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ...."

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
"Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters."


"Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa."

Selanjutnya :
"Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans."


"Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam."

Akhirnya ia berkata :
"In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner."


"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping."

Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab (Injil). Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran daripada Alkitab (Injil), juga semua cerita yang melatar belakanginya.


Referensi :
1. Memoirs of Napoleon Bonaparte by Louis Antoine Fauvelet de Bourrienne edited by R.W. Phipps. Vol. 1 (New York: Charles Scribner's Sons, 1889) p. 168-169.
http://chnm.gmu.edu/revolution/d/612/
2. 'Napoleon And Islam' by C. Cherfils. ISBN: 967-61-0898-7
http://www.shef.ac.uk/~ics/whatis/articles/napoleon.htm
3. Satanic Voices - Ancient and Modern by David M. Pidcock, (1992 ISBN: 1-81012-03-1), it states on page 61, that the then official French Newspaper, Le Moniteur, carried the accounts of his conversion to Islam, in 1798 C.E

Dikutip dari Kebun Hikmah.com

Wednesday 3 December 2008

Ada Apa dengan Kodok

Budaya mencari kambing hitam sudah mengakar pada kehidupan bangsa ini. Alih-alih kambing hitam untuk Iedul Qurban, kambing hitam ini dicari untuk melepaskan diri dari tanggungjawab atas kesalahan yang telah dilakukan. Barangkali ada benarnya juga pendapat bahwa kebiasaan itu dipengaruhi pendidikan sejak kecil yang diajarkan sebagian masyarakat kita.
Kita tentu ingat bahwa ada sebagian ibu-ibu yang menyalahkan kodok kalau anaknya menangis karena terpeleset. Uh, kodoknya nakal. Awas ya. Padahal ada apa dengan kodok? Atau ada juga yang menginjak-injak lantai serata berkata, “Lantainya nakal Nak”.

Sekilas hal tersebut amat sederhana namun bagi perkembangan kejiwaan sang anak akan berpengaruh besar. Ia akan mengerti cara untuk melemparkan tanggungjawab pada orang lain. Lebih dari itu ia akan berdalih dengan seribu alasan jika ada hal yang tidak bisa diselesaikannya.
Maka ada baiknya jika anak terjatuh kita katakan apa adanya. Jika karena anak kurang hati-hati kita latih agar ia lebih berhati-hati, seraya mengucap dan mengecup tanda sayang dan cinta. Boleh jadi kita yang langsung meminta maaf kalau itu memang kesalahan kita.

(Terinspirasi dari tulisan/buku Ustadz Fauzhil Adhim dengan Judul Jangan Salahkan Kodok)

Tuesday 2 December 2008

Buku Doa Lion Air


Seorang kawan bercerita tentang seramnya sebuah maskapai penerbangan yang pernah dinaikinya. "Masak kita dikasih buku doa di dalam pesawat, seolah-olah pesawat itu engga aman", katanya. Saya hanya tersenyum mendengar cerita sang kawan. Memang ada maskapai yang menyediakan buku doa dalam setiap kursi penumpang. Setahu saya dari beberapa maskapai lokal, hanya Lion Air dan Wings Air yang menyediakan buku doa dalam setiap penerbangan. Maskapai lain seperti Garuda Airlines tidak menyediakan buku doa bagi penumpang.

Yang jadi bahan renungan saya adalah sudut pandang sang kawan terhadap doa.
Mungkin dia berpikir bahwa doa hanya dipanjatkan saat manusia kepepet, alias dalam kondisi terjepit. Dalam kasus pesawat di atas, mungkin dia berpikir bahwa maskapai menyerahkan urusan keselamatan pada doa penumpang, sedangkan maskapai kurang care terhadap safety penumpang. Dengan cara pandang seperti itu masuk akal kalau dia malah takut dengan maskapai yang menyediakan buku doa bagi penumpangnya.

Sudut pandang seperti itu perlu diluruskan. Doa memang bisa kita panjatkan dalam kondisi tertentu dimana kita merasa benar-benar membutuhkan ”pertolongan” Ilahi. Tapi dalam situasi ”aman” pun selayaknya kita harus memanjatkan doa. Dalam kasus pesawat di atas, seharusnya seluruh maskapai penerbangan, bahkan semua sarana transportasi selayaknya menyediakan sarana berdoa bagi penumpangnya. Untuk maskapai dalam negeri saya memberi acungan jempol kepada Lion Air yang telah mempelopori hal ini. Dalam sebuah penerbangan menggunakan maskapai Royal Brunei (pesawat milik Brunei Darussalam) saya terkesan karena sebelum take off disiarkan doa-doa Islami melalui televisi pesawat agar selamat dalam perjalanan.

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM. ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR. SUBHAANALLADZII SAKHKHARA LANAA HAADZAA WAMAA KUNNAA LAHUU MUQRINIIN. WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUN. ALLAAHUMMA INNAA NAS ALUKA FIl SAFARINAA HAADZA, ALBIRRA WATTAQWAA, WAMINAL ‘AMALI MAA TARDHO. ALLAAHUMMA HAWWIN ‘ALAINAA SAFARANAA HAADZAA WATHWI ANNAA BU’DAH. ALLAAHUMMA ANTAS SHAAHIBU FISSAFARI WAL KHALIIFATU FIL AHLI. ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN WATSAAIS SAFARI WAKA ‘AABATIL MANZHORI ‘WASUU ILMUNQALABI FIL MAALI WAL AHLI.
Artinya :
Dengan memohon pertolongan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Maha Suci Allah yang menganugerahi kami kemampuan memanfaatkan (kendaraan) ini, sedang kami sendiri (tanpa pertolonganNya) tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya hanya kepada Tuhan kita, kita pasti akan kembali. Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu, anugerahilah kami dalam perjalanan ini, kebajikan dan ketaqwaan, serta usaha yang Engkau ridhai Ya Allah, mudahkanlah perjalanan ini bagi kami dan perpendeklah jaraknya. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan, dan Engkau pula Pelindung bagi keluarga. Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kesulitan perjalanan, kesuraman pandangan, serta bencana menyangkut harta dan keluarga.

Rupanya bagi sebagian orang, doa-doa hanya menjadi pelajaran kita semasa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Saya pribadi mengakui, masih banyak amal keseharian yang terlepas dari doa. Padahal, Islam mengajarkan kepada kita untuk ingat kepada Allah dalam situasi dan kondisi apapun. Mulai dari hal kecil, misal masuk kamar kecil, bepergian, sampai meminta rizki dan jodoh telah dituntun untuk senantiasa ingat dan memohon kepada Sang Penguasa Alam.

Wallahu A'lam Bishshowab

Friday 21 November 2008

Foto-Foto Azka edisi Bulan ke II

Azka kini sudah berusia dua setengah bulan. Kakek, nenek, eyang, Om dan tante pengunjung blog masih inget foto-foto Azka edisi 1 bulan kan? Waktu itu Azka cuma bisa nangis doang. Mulai umur 1,5 bulan Azka udah bisa ngomong, walaupun aoo aoo aja. Kadang-kadang Azka juga teriak kegirangan kalau diajak bercanda. Yuk kita lihat foto-foto Azka....



Nah yang ini foto pas Azka berusia satu setengah bulan. Rambut masih belum dicukur, Zzzz...zzzz jangan diganggu, lagi bobo nih. Lihat.... tidurnya berwibawa bangetss.




Alhamdulillah, Azka sudah dicukur. Senyumnya menawan kan...



Foto ini diambil pas umur Azka tepat dua bulan (8 November) Wuzz..Ciaat...Azka paling seneng kalo dikasih mainan gantung warna-warni. Azka udah jago mukul bahkan nendang mainan lho. Bunyinya krincing-krincing...



Ayo jundi kecil...singsingkan lengan...hantam dengan tangan kirimu..



Nah kalo ini aksi Azka ngemut tangan. Kalau umi tahu, wah bisa ga boleh....Untung yang foto Abi..(loh gimana sih abi ini...)



The last picture, Azka kini udah bertambah gemuk. Sekarang berat sudah 5 kilo, ummi jadi makin berat kalo gendong. Pipi mulai tembem, bremmm... Ayo tebak lehernya Azka diumpetin dimana??


Catatan dari Palembang

Akhir minggu kedua bulan November kemarin, saya berkesempatan menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di kota Palembang. Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Palembang menyimpan berbagai keunikan yang menarik untuk dijelajahi. Sebelum berangkat, saya telah membayangkan akan melihat langsung jembatan Ampera yang kekar membelah sungai Musi. Sudah terbayang pula lezatnya pempek asli Palembang, yang tentunya jarang bisa dirasakan di kota lain di Indonesia.




Sebenarnya tujuan saya ke Palembang bukanlah untuk berwisata, melainkan memenuhi tugas dari kantor untuk berkoordinasi dengan Pemda untuk perencanaan pemasangan "gas kota" di sana. Memang Palembang kini dikenal sebagai kota yang tengah menggeliat, tumbuh pesat menjadi salah satu kota yang maju di Indonesia. Salah satu buktinya, saat ini pemerintah daerah setempat sedang berupaya keras untuk menjadikan gas sebagai bahan bakar utama rumah tangga. Gas ini akan dialirkan melalui pipa menuju rumah warga (mirip PDAM lah), sehingga acara masak memasak menjadi sangat mudah dan murah meriah, cukup dengan membuka kran, gas akan mengalir tanpa khawatir kehabisan.

Saya tiba di Palembang hari Kamis sore. Malam harinya langsung dapat menikmati indah dan megahnya Masjid Agung Palembang, yang berada di sekitar air mancur berwarna warni.



Selepas berfoto ria di masjid Agung, saya meluncur ke jembatan Ampera. Pada malam hari pemandangan di sekitar Jembatan Ampera amat indah. Lampu yang menghiasi jembatan menghilangkan kesan tua, padahal jembatan ini telah lama dibangun yakni pada tahun 1962.



Selain mengunjungi tempat-tempat di atas, saya juga menyempatkan diri mendatangi beberapa lokasi kuliner khas Palembang. Diantaranya adalah Pempek Candy di Jalan Sudirman (tiga kali makan di sini, lokasi persis di sebelah penginapan soalnya), dan pempek Saga di depan kantor walikota. Ada lagi kuliner favorit saya, yakni durian yang dijual murah di pinggir-pinggir jalan. Harga mulai Rp.8000 hingga Rp. 20.000, nyam-nyam puas lah makan durian di sana.



Thursday 30 October 2008

Website baru PT Kereta Api


Bagi pembaca yang memiliki schedule atau ingin bepergian ke luar kota menggunakan kereta api, dapat mengunjungi website PT Kereta Api. Beberapa bulan baru, saya masih kesulitan saat ingin mencari informasi jadwal kereta api. Maklum saja kalau tidak sempat datang langsung, saya harus menelepon stasiun. Memang sih ketika itu PT Kereta Api punya web, tapi kurang informatif dan kuno.
Namun sekarang PT Kereta Api punya web baru. Fasilitas yang ditampilkan cukup lengkap. Jadwal dan biaya perjalanan dibuat mirip model reservasi pesawat terbang, kita cukup memilih kota asal dan tujuan, maka akan muncul beragam kereta beserta tarif dan waktu berangkat-kedatangan.


Fasilitas lain adalah profil dan sejarah perusahaan (kereta api ternyata sudah ada sejak tahun 1870). Ada pula profil masing-masing kereta, berita, tips, peta perjalanan, dan yang menarik adalah galeri foto kereta api dan stasiun. Pertama kali membuka web ini saya cukup puas.

Namun disamping pembaruan layanan informasi melalui web, PT Kereta Api juga harus menambah kualitas pelayanan di atas kereta, keamanan perjalanan, dan ketertiban jadwal demi meningkatkan kepuasan pelanggan. Jika semua itu sudah dipenuhi, ditambah lagi adanya penurunan harga (sekarang hampir semua kereta eksekutif tarifnya 200 ribu ke atas), dijamin pelanggan tak kan berpaling dari sarana transportasi andalan bangsa ini.

Wednesday 29 October 2008

Jogja Jadi Kota Sepeda (lagi)

Baru- baru ini walikota Jogja Herry Zudianto mensosialisasikan program ”Sego Segawe” yang kepanjangannya adalah “sepeda go sekolah karo nyambut gawe”. Kalau pembaca kurang paham bahasa Jawa, arti dalam bahasa Indonesia kurang lebihnya begini : ” Sepeda untuk pergi sekolah dan bekerja”.
Saya selaku mantan masyarakat Jogja sangat mengapresiasi kabar itu.. Sebelum tahun 90-an, Jogja memang pernah ”hidup” oleh sepeda. Jalan-jalan protokol dan jalan kampung dipenuhi oleh masyarakat yang menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi murah dan nyaman. Dosen kampus saya ketika masih mahasiswa, setiap hari naik sepeda berpuluh-puluh kilometer dari Prambanan menuju kampus Teknik UGM di Sekip.

Saya yakin bukan cuma beliau yang punya rekor sepeda seperti itu. Masih banyak mahasiswa lain yang menempuh perjalanan jauh dengan menggunakan sepeda. Dari Klaten, Bantul, atau juga Sleman.
Namun sekarang ini, frekuensi penggunaan sepeda di kota Jogja sudah mulai berkurang. Udara yang semakin terik dan penuh polusi menjadi salah satu sebab. Alasan lain adalah faktor keamanan bersepeda yang kurang terjamin. Sepeda malah sering menjadi biang kekesalan pengendara mobil atau motor yang ingin melaju cepat. Faktor berikutnya yang menurut saya cukup andil berperan adalah, mudahnya pengajuan kredit kendaraan bermotor. Alhasil sepeda-sepeda andalan kini mangkrak halaman tergantikan oleh sepeda motor. Terlebih lagi, dari informasi yang saya peroleh, saat ini fasilitas parkir untuk sepeda juga semakin minim. Klop sudah. Sepeda kini menjadi semacam ”benda purbakala”, yang tidak modern dan bikin repot.
Padahal sepeda adalah sarana transportasi murah-disaat harga BBM melambung seperti sekarang- dan juga menyehatkan badan. Bersepeda juga selaras dengan program pengurangan pemanasan global, karena sepeda sama sekali tidak menghasilkan polusi.
Maka dari itu program pemerintah Jogja untuk memasyarakatkan kembali budaya bersepeda layak diacungi jempol. Dukungan pemerintah adalah modal besar untuk membangun kembali minat masyarakat untuk bersepeda. Lebih dari itu, perlu disusun Peraturan Daerah yang mampu melindungi pengendara sepeda dari kecelakaan karena kendaraan bermotor. Bisa dalam bentuk marka/separator khusus, kewajiban penyediaan parkir sepeda bagi pertokoan, rambu-rambu pembatasan kecepatan kendaraan bermotor pada jalur padat sepeda, dll.
Selain faktor keamanan yang telah saya sebutkan, masalah kenyamanan juga patut menjadi perhatian. Bus-bus umum tua yang selalu menghasilkan asap hitam beracun wajib diremajakan. Perlu peringatan dan tindakan tegas terhadap pengusaha bus yang tidak melaksanakan uji emisi berkala, ataupun yang hasil uji emisinya tidak memenuhi standar kelayakan. Program busway yang telah diberlakukan di Yogyakarta layak diberi tanggapan positif. Uji emisi ini juga harus dilaksanakan pada setiap kendaraan berumur di atas sepuluh tahun.
Jalur hijau yang pernah hilang harus ditumbuhkan kembali. Sebagai contoh saja, jalan sepanjang selokan mataram dari arah kampus UGM menuju UNY yang dulu pernah digunduli, harus ditanami kembali dengan tanaman peneduh. Kebijakan pelebaran jalan tidak boleh mengorbankan aspek penghijauan.
Maka citra Jogja sebagai kota Budaya dan kota Pelajar akan semakin lengkap dengan tambahan status sebagai kota Sepeda. Masyarakat boleh saja punya kendaraan bermotor di rumah, akan tetapi mereka juga punya sepeda yang handal, nyaman dan aman digunakan untuk menempuh rute yang tidak begitu jauh.


Tuesday 28 October 2008

Jangan bilang uang rokok

Sebenarnya ada cara mudah yang bisa kita lakukan, dalam rangka kampanye anti rokok. Syarat pertama, tentunya kita selaku pribadi bukanlah seorang perokok. Begini nih caranya. Dalam keseharian, jika ingin memberi tips pada sopir, ojek, tukang, bahkan anak buah, seringkali kita mengucapkan “ Ini untuk uang rokok”. Secara psikologis dia akan mendapat dukungan untuk lagi dan lagi meneruskan hobinya merokok. Mengapa tidak kita ganti saja dengan pesan “ Bang ini untuk beli es teh”.


Kalau beli es dirasa tidak pantas, karena yang sering beli es adalah anak kecil, bisa juga bilang “Ini untuk beli vitamin”. Toh saat harga sebungkus rokok sebanding dengan vitamin C. Atau bisa juga untuk ngopi, beli coklat (ini kalau yang dikasih masih muda hehe), yang jelas kita bisa berkreasi sendiri sesuai dengan situasi masing-masing.

Bisa dibayangkan jika budaya pesan “Ini mas uang rokoknya” bisa kita hapus dari khasanah bahasa kita sehari-hari, dan diterapkan di seluruh Indonesia. Tak perlu uang milyaran untuk beriklan anti rokok di media.

Setidaknya kita bisa mulai sebuah perubahan besar dari hal-hal sepele yang bisa kita lakukan, saat ini juga.


Monday 20 October 2008

Foto-foto Azka

Inilah dia foto-foto Muhammad Azka Al Fatih, mulai dari menit pertama kelahiran sampai usia satu bulan. Sampai usia sebulan berat badan sempat turun drastis, Alhamdulillah sekarang sudah beranjak naik.


Ini foto menit pertama di tangan perawat, sedang dibersihkan dari darah dan ketuban. Lahir tanggal 8 September 2008 dengan berat 3,4 kg dan panjang 50 cm. Hanya memperoleh jatah waktu inisiasi dini selama beberapa menit saja, Azka harus segera masuk ruang therapy. Azka diteraphy sebab peroses kelahiran agak sulit dan warna ketuban sudah hijau.




Ini foto usia baru satu hari. Beginilah dunia, anakku.


Kalau ini foto usia 5 hari. Mata udah sering melek. Tapi mungkin belum bisa melihat dengan jelas.


Usia 2 minggu, udah disunat lho.....Kata dokter, Azka termasuk yang ga banyak nangis waktu disunat.


Azka habis didandanin sama Abi. Ini hari Jumat H+2 lebaran, jadi Azka udah berusia 25 hari. Oya tepat Azka 3 minggu (21 hari), Azka sudah diakikah lho.


Tuesday 7 October 2008

Arti dari Minal ‘Aidin wal Faizin ?

Saat lebaran tiba, masyarakat sering mengucapkan Minal ‘Aidin wal Faizin dalam, tetapi tidak mengetahui artinya. Sebagian mengartikan Minal ‘Aidin wal Faizin dengan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Maklum, dalam kartu lebaran, sms, ataupun iklan sering tertulis Selamat Idul Fitri 1429 H, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Sehingga sepintas arti dari Minal ‘Aidin wal Faizin ya memang Mohon Maaf Lahir Batin. Lebih parahnya lagi, pada beberapa kesempatan orang sering hanya mengucapkan “Hai, Lahir Batin Ya.” Memangnya ada apa dengan Lahir Batin : ) Ada – ada saja.

Sebenarnya kata Minal ‘Aidin wal Faizin berasal dari doa “Taqobbalallahu Minna wa Minkum wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin wal Faizin” yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan.
Maka arti sesungguhnya dari Minal ‘Aidin wal Faizin adalah “semoga kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”.
Mengenai cara penulisan ,selama ini ada salah kaprah juga dalam masyarakat. Contoh yang cukup sering kita lihat adalah:

Minal Aidzin wal Faidzin
Minal Aizin wal Faizin
Atau mungkin dengan dialek Jawa akan tertulis Minal Aidin wal Faidin

Ketiga contoh diatas tidaklah tepat. Karena sesungguhnya penulisan yang benar menurut bahasa Arab adalah ‘Aidin, (asal kata ‘Audat -kembali), dan Faizin (asal kata Fauzan -menang). Sehingga kalimat yang tepat adalah “Minal 'Aidin wal Faizin”.

Namun demikian, lepas dari itu semua, akan lebih baik jika ucapan usai Ramadhan kita menyampaikan doa “Taqobbalallahu Minna Wa Minkum, Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadahmu” Karena doa ini lebih jelas asal hadistnya dibandingkan dengan ucapan Minal ‘Aidin.

(disarikan dari berbagai sumber)

Taqobbalallahu Minna wa Minkum

Bulan mulia itu telah pergi. Rasa haru menyelimuti orang-orang beriman, seraya berharap berjumpa kembali dengannya di tahun-tahun yang akan datang. Taqobbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima amal ibadah Ramadhan kita, melipatgandakan pahalanya, dan menggolongkan kita sebagai orang yang bertakwa. Selamat berlebaran bagi pembaca semua. Jika penulis pernah memiliki khilaf baik di sengaja maupun tidak, mohon dimaafkan.



Monday 6 October 2008

Menu Lebaran Terakhir dari yang Tersayang

Lebaran tahun 2008 ini aku tidak pulang ke Semarang dimana orangtuaku tinggal. Tidak pula ke Mataram tempat aku dilahirkan. Aku berlebaran di Jakarta, dengan kesibukan baru sebagai ayah dari bayi berusia 3 minggu.

Teringat setahun lalu, ketika keluarga besarku menyempatkan diri berlebaran di Mataram, untuk menyambung ikatan erat silaturahmi dengan nenek dan keluarga di Pulau Lombok. Sebelum aku menikah di tahun 2006, berlebaran di Mataram seakan sudah menjadi tradisi kami. Ketika itu ayah berkata, ikutlah ke Mataram jika sempat, karena nenekmu sudah semakin senja usianya.

Maka dalam benakku muncullah sosok wanita bersahaja, ramah dan hangat, yang senantiasa dirindukan oleh anak dan cucunya. Beliau dikenal sebagai wanita yang ikhlas, taat beribadah, dan senantiasa mengajarkan kebaikan terlebih pada generasi penerusnya. Di kalangan tetangga beliau adalah seorang yang sangat baik menjaga silaturahmi dan hubungan dengan tetangga.
Meski dengan kondisi ekonomi yang masih belum stabil, aku dan istri tetap berangkat berlebaran di Mataram. Allah tidak akan menyempitkan rezeki orang yang menjaga silaturahmi, Insya Allah. Lebaran hari pertama kulakukan di Jakarta guna menghormati mertua, sedang lebaran hari kedua aku sudah tiba di Mataram.

Sungguh terkesan aku pada nenekku tersayang, walau kami datang terlambat, beliau menyimpan lontong opor buatannya untuk kami berdua. Dengan kasih sayang beliau berkata, sengaja ini disimpan untuk kalian. Sebenarnya lontong sudah habis, tamu yang datang diberi sajian lain oleh nenek.

Ternyata itulah menu lebaran terakhir dari beliau. Sebulan berikutnya, tepatnya bulan November 2007, nenek telah berpulang ke Rahmatullah. Lebaran tahun ini tiada lagi sambutan dan peluk cium hangat beliau. Terngiang dongeng yang sering beliau ceritakan saat aku masih kecil. Berbekas di hati untaian doa yang senantiasa beliau ajarkan.

Ya Allah ampunilah dosa nenek hamba, terimalah amalnya dan lipatgandakanlah pahalanya. Lapangkanlah kuburnya, terangilah dengan cahaya AlQuran. Ringankanlah hisabnya, golongkanlah beliau ke dalam orang yang Engkau ridhoi, dan kumpulkanlah kami kelak di dalam surga-Mu yang kekal ya Allah. Amin.

Tiga orang yang utama kita jaga silaturahminya

Lebaran 2008 ini kali kedua saya mengikuti sholat Ied di Jakarta, setelah sebelumnya tahun 2007 lalu. Saya akan berbagi cerita mengenai materi khotbah Ied, yang benar-benar berkesan bagi diri. Sang Khotib adalah ketua MUI wilayah Jakarta Timur, yang walaupun lokasi ceramah hanya di lapangan kecil dalam kompleks perumahan, namun beliau tetap berkenan mengisi khutbah Ied disini. Dalam khutbahnya beliau bercerita mengenai orang-orang yang wajib kita jaga silaturahminya.

Yang pertama adalah orangtua. Mulai dari ibu, kemudian ayah. “Hadirin, betapa berat ibu mengandung dan melahirkan kita, maka setelah Ied ini yang utama kita pererat tali silaturahmi adalah orang tua kita”, demikian kurang lebih penjelasan beliau Mendengar kalimat tersebut lantas terbayang betapa tentunya orangtua kandung ingin berlebaran bersama anaknya. Sedangkan saya masih harus menjaga putra yang baru berusia tiga minggu, dan belum bisa dibawa kemana-mana. ”Ya Allah, semoga Ied berikutnya hamba dapat sholat Ied bersama ayah ibu tercinta.

Yang kedua adalah guru kita. Mereka juga merupakan orangtua bagi kita, yang telah berjasa memberikan ilmu sehingga kita bisa tumbuh dengan wawasan dan kecerdasan hingga seperti sekarang ini. Lantas saya teringat dengan guru ngaji ketika kecil dulu, namanya ustadz Ahmad, yang mengayuh sepeda menuju rumah saya melewati medan berbukit, untuk mengajar ngaji. Beliau sangat sabar dan murah senyum. Padahal tatkala itu kami ingin pelajaran ngaji segera usai demi bisa menonton film “Pendekar Rajawali Sakti”. Ya Allah dimanapun beliau berada sekarang, berkahilah kehidupannya, lancarkanlah rezekinya.

Yang ketiga adalah orangtua dari suami/istri kita, yaitu mertua. Wah pesan yang disampaikan khotib mengena juga pada diri ini. Sudah satu setengah tahun hidup di rumah mertua, tentunya banyak ulah tingkah yang membuat beliau tidak berkenan.
Setelah ketiga orang tersebut barulah silaturahmi kita pererat ke keluarga/ famili yang lain.

Sungguh indah nian Islam mengajarkan.

Iklan Ramadan di Televisi - Terbaik

Momen Ramadan dan Lebaran membuat para pengiklan di televisi ramai-ramai mencari simpati pemirsa dengan berkreasi menampilkan iklan religius. Mulai dari ucapan selamat berpuasa, selamat lebaran, sampai iklan yang menayangkan pesan agama secara lebih dalam. Tujuannya jelas ingin menyentuh hati pemirsa, yang pada akhirnya berimbas pada kedekatan hati pada produk yang ditawarkan pengiklan.
Pemilik blog telah melakukan penilaian dan akhirnya memilih tiga iklan terbaik. Silakan pembaca menebak-nebak, siapa tahu pilihannya ada yang sama:



Peringkat tiga.
Iklan Telkom tentang arti lebaran bagi anak-anak.
Siapapun yang menonton tayangan iklan ini akan tersenyum melihat ketulusan hati si anak. Tampaknya tim pembuat iklan benar-benar kreatif mengemas keluguan anak kecil-tepatnya anak desa-ketika diminta bercerita tentang lebaran.
Di suatu kelas, murid-murid diminta bu guru menggambar dan bercerita suasana lebaran. Murid pertama menggambar ayam dan bercerita tentang berlebaran dengan menu makanan khas yaitu opor ayam. Murid kedua menggambar dan bercerita tentang kebiasaan keluarganya menelepon nenek nun jauh di sana. Murid ketiga, menggambar mobil dan bercerita tentang lebaran berkeliling rumah keluarga naik mobil milik paman dan sering dikasih ”angpao” oleh familinya. Ada yang ngasih seratus ribu loh.
Nah pada kesempatan berikutnya, si murid keempat dengan pedenya nunjukin kertas putih kosong melompong ke ibu gurunya. Kemudian dia bilang ”Kata Bapak, lebaran itu kita semua bersih lagi” Kemudian senyum mengembang di bibirnya.

Peringkat dua.
Iklan Pertamina tentang mudiknya seorang pebengkel.
Pariwara ini terdiri dari dua seri, menceritakan seorang lelaki yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah bengkel di Jakarta. Seri pertama menayangkan keikhlasan hati si lelaki untuk menolong kakek-kakek yang sepeda motornya rusak. Padahal sore itu seharusnya bengkel sudah tutup. Ketika saat berbuka puasa tiba, si pebengkel lantas membagi kolaknya yang hanya sebungkus kepada kakek tersebut.
Seri kedua mengambil setting suasana lebaran, dimana si lelaki setelah solat Ied di Jakarta bergegas pulang ke kampung halaman di Jawa. Istri dan putrinya yang masih kecil telah menunggu di sana. Dengan sepeda motor dia menyusuri jalanan yang sepi karena sebagian besar pemudik telah sampai di kampung halamannya. Di tengah perjalanan ia melihat sebuah mobil yang sedang mogok tanpa bantuan. Kembali ia menunjukkan ketulusan hati. Setelah selesai memperbaiki mobil, ia menolak uang balas jasa yang diberikan. Pada akhirnya putri si pemilik mobil memberikan boneka, yang lantas sesampainya di rumah ia berikan kepada putri kesayangannya sebagai satu-satunya oleh-oleh yang ia bawa.
Iklan ini benar-benar sindiran bagi orang-orang kota besar yang hidup hedonis dan individualistis. Seorang pekerja bengkel yang tidak mampu, telah memberi contoh bahwa untuk bermanfaat bagi orang lain dapat dimulai dari hal-hal kecil. Ditambah theme song dari opick, iklan ini sangat menyentuh hati.

Peringkat Pertama
Iklan Sampoerna tentang Wudhu.
Mungkin pembaca bertanya-tanya, kenapa iklan dari perusahaan rokok ditampilkan sebagai peringkat pertama. Saya harus adil, saya mengajak pembaca hanya menilai konten dari iklan, bukan siapa yang mempersembahkan iklan tersebut.
Sebenarnya iklan tentang wudhu ini sederhana, tapi sangat bermakna. Diiringi dengan alunan lagu menyentuh, tampak bagian kepala manusia sedang dialiri oleh air. Kemudian muncul pesan bahwa pikiran kita harus disucikan. Selanjutnya adalah tangan, dan menyusul anggota tubuh lainnya.
Iklan ini adalah muhasabah diri. Mengingatkan akan dosa-dosa yang telah ditimbulkan oleh anggota tubuh. Dosa-dosa akan Allah hapuskan dengan wudhu yang kita lakukan, baik ketika akan sholat maupun wudhu sunnah setiap saat. Mengingatkan akan kematian, dimana jasad hanyalah tempat sementara berdiamnya ruh. Jasad akan kembali lagi ke asalnya tanah. Dan ruh akan diminta pertanggungjawaban dari segala tingkah laku jasad yang dikendalikannya.

Sunday 5 October 2008

JODOH ITU TAKDIR, BRO...

Ba’da Ashar, dua orang sahabat yang baru saja lulus kuliah, bernama Indro dan Jono asyik ngobrol di teras masjid. “Jon, aku lagi patah hati nih”.
”Sama siapa emang Ndro?” tanya Jono. ”Ada deh. Yang jelas aku dah ngarep-ngarep banget bisa nikah ama dia” jawab Indro menerawang. ”Makanya jangan terlalu ngarep-arep”, tambah Jono lagi. ”Gimana enggak. Feelingku mengatakan dia itu suka sama aku. Dia sering-sering cari perhatian gitu”. ”Lha trus kenapa patah hati?” tanya Jono. ”Ya gitu, seminggu kemarin dia udah nikah sama orang lain” jawab Indro. ”Oalah, kasian banget kamu”.

”Aku diundang, tapi males dateng”. ”Ya udah, ikhlasin aja. Masih banyak wanita lain kok” hibur Jono. ”Engga bisa, dia udah bener-bener ada di hatiku. Seminggu ini aku ga bisa tidur sama sekali” Indro memelas. ”Tapi kan dia udah milik orang lain Ndro” Jono menyergah. ”Kutunggu jandanya deh” Indro semakin linglung. ”Engga bisa Bro, kamu ga boleh gitu. Dunia ini luas” imbuh Jono menepuk bahu Indro. ”Aduh, aku serasa pusing Jon. Kayak mau pingsan. Udah tujuh hari ga enak makan” Indro mengeluh, sedang Jono mulai merasa ridak nyaman. ”Gini ya rasanya patah hati. Pantesan banyak orang yang bunuh diri karena cinta.” keluh Indro lagi. Plak!!! Jono menampar pipi kiri Indro.

”Aduh, apa-apaan kamu ini Jon”, raut Indro memerah. Jono berujar, ”Istighfar Bro, istighfar. Kamu ga boleh ngomong kayak gitu. Apalagi kamu seorang yang sering berdakwah. Ini masalah tauhid. Kita harus percaya pada takdir Allah. Allah telah mengatur waktu kelahiran, rezeki, jodoh dan jadwal kematian hamba-Nya dalam Lauh Mahfudz. Insya Allah jodohmu itu udah ada, cuman kamu belum tahu aja. Ngapain ngabisin waktu mikirin wanita lain kalo itu bukan jodohmu.”

”Benar juga kamu Jon. Astaghfirullah”, kata Indro sambil memegang pipinya. ”Maafin aku. Tamparan tadi untuk menampar setan yang terus merasuki pikiranmu.” ujar Jono. ”Dulu aku sering banget ditolak wanita, sampai akhirnya aku berhenti sendiri. Aku yakin Allah telah mengatur jodohku. Makanya aku sekarang ikut aktivitas positif aja, misalnya rajin ikut pengajian” cerita Jono.

Indro tersenyum. Ia bersyukur punya sahabat seperti Jono. Luka di hatinya memang masih ada, tapi kini luka itu telah menemukan obatnya. ”Tuhan dulu pernah....Aku menagih simpati.....Kepada manusia....Yang alpa jua buta....” Indro bersenandung menyanyikan lagu dari grup Nasyid Raihan. ”Lalu terseretlah....Aku di lorong gelisah...Luka hati yang berdarah....Kini jadi kian parah......Tuhan, dosaku menggunung tinggi....Tapi rahmat-Mu mengalir luas..........” kini mereka berdua bersenandung bersama. Pandangan mereka menerobos masa depan, masing-masing bertekad untuk menjemput bidadari dunia yang disediakan oleh Allah bagi orang yang menjaga dirinya.

Friday 19 September 2008

Muhammad Azka Al Fatih

“Qod aflahaman zakkaha“. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa. Dahulu ketika masih kuliah, ayat ke sembilan dari surat Asy-Syams yang dibacakan oleh ustadz favoritku itu begitu merasuk di dalam jiwa. Sungguh Allah akan memberikan keutamaan pada orang yang berjiwa bersih. Maka ketika baru-baru ini mencari nama untuk calon putra pertama, kata Azka yang berarti sangat bersih, langsung menjadi pilihan utama. Nama adalah sebuah doa dan pengharapan. Ketika nama disebut, maka doa telah terluncur dari orang yang memanggilnya. Semoga di masa mendatang, Azka bisa menjadi sosok yang tetap bersih di tengah zaman yang kian kotor. Tauhid yang bersih dan murni, amal ibadah bersih dari bid’ah, hati dan akhlak bersih nan mempesona.

Bismillah

Assalamu'alaikum

Ahlan wa Sahlan
Dengan nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, akhirnya blog ini saya luncurkan di bulan Ramadan tercinta. Sekedar buah pikiran, curahan hati, atau apapun dengan harapan bisa menjadi hikmah dan manfaat bagi orang lain. Ambillah jika itu baik dan buanglah jika buruk.
Tak lupa jika ada tanggapan, masukan, dari pengunjung atau bila sekedar ingin tampil di blog sederhana ini, maka saya bukakan pintu selebar-lebarnya.

Wassalam