Wednesday 3 December 2008

Ada Apa dengan Kodok

Budaya mencari kambing hitam sudah mengakar pada kehidupan bangsa ini. Alih-alih kambing hitam untuk Iedul Qurban, kambing hitam ini dicari untuk melepaskan diri dari tanggungjawab atas kesalahan yang telah dilakukan. Barangkali ada benarnya juga pendapat bahwa kebiasaan itu dipengaruhi pendidikan sejak kecil yang diajarkan sebagian masyarakat kita.
Kita tentu ingat bahwa ada sebagian ibu-ibu yang menyalahkan kodok kalau anaknya menangis karena terpeleset. Uh, kodoknya nakal. Awas ya. Padahal ada apa dengan kodok? Atau ada juga yang menginjak-injak lantai serata berkata, “Lantainya nakal Nak”.

Sekilas hal tersebut amat sederhana namun bagi perkembangan kejiwaan sang anak akan berpengaruh besar. Ia akan mengerti cara untuk melemparkan tanggungjawab pada orang lain. Lebih dari itu ia akan berdalih dengan seribu alasan jika ada hal yang tidak bisa diselesaikannya.
Maka ada baiknya jika anak terjatuh kita katakan apa adanya. Jika karena anak kurang hati-hati kita latih agar ia lebih berhati-hati, seraya mengucap dan mengecup tanda sayang dan cinta. Boleh jadi kita yang langsung meminta maaf kalau itu memang kesalahan kita.

(Terinspirasi dari tulisan/buku Ustadz Fauzhil Adhim dengan Judul Jangan Salahkan Kodok)

No comments: