Thursday 30 October 2008

Website baru PT Kereta Api


Bagi pembaca yang memiliki schedule atau ingin bepergian ke luar kota menggunakan kereta api, dapat mengunjungi website PT Kereta Api. Beberapa bulan baru, saya masih kesulitan saat ingin mencari informasi jadwal kereta api. Maklum saja kalau tidak sempat datang langsung, saya harus menelepon stasiun. Memang sih ketika itu PT Kereta Api punya web, tapi kurang informatif dan kuno.
Namun sekarang PT Kereta Api punya web baru. Fasilitas yang ditampilkan cukup lengkap. Jadwal dan biaya perjalanan dibuat mirip model reservasi pesawat terbang, kita cukup memilih kota asal dan tujuan, maka akan muncul beragam kereta beserta tarif dan waktu berangkat-kedatangan.


Fasilitas lain adalah profil dan sejarah perusahaan (kereta api ternyata sudah ada sejak tahun 1870). Ada pula profil masing-masing kereta, berita, tips, peta perjalanan, dan yang menarik adalah galeri foto kereta api dan stasiun. Pertama kali membuka web ini saya cukup puas.

Namun disamping pembaruan layanan informasi melalui web, PT Kereta Api juga harus menambah kualitas pelayanan di atas kereta, keamanan perjalanan, dan ketertiban jadwal demi meningkatkan kepuasan pelanggan. Jika semua itu sudah dipenuhi, ditambah lagi adanya penurunan harga (sekarang hampir semua kereta eksekutif tarifnya 200 ribu ke atas), dijamin pelanggan tak kan berpaling dari sarana transportasi andalan bangsa ini.

Wednesday 29 October 2008

Jogja Jadi Kota Sepeda (lagi)

Baru- baru ini walikota Jogja Herry Zudianto mensosialisasikan program ”Sego Segawe” yang kepanjangannya adalah “sepeda go sekolah karo nyambut gawe”. Kalau pembaca kurang paham bahasa Jawa, arti dalam bahasa Indonesia kurang lebihnya begini : ” Sepeda untuk pergi sekolah dan bekerja”.
Saya selaku mantan masyarakat Jogja sangat mengapresiasi kabar itu.. Sebelum tahun 90-an, Jogja memang pernah ”hidup” oleh sepeda. Jalan-jalan protokol dan jalan kampung dipenuhi oleh masyarakat yang menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi murah dan nyaman. Dosen kampus saya ketika masih mahasiswa, setiap hari naik sepeda berpuluh-puluh kilometer dari Prambanan menuju kampus Teknik UGM di Sekip.

Saya yakin bukan cuma beliau yang punya rekor sepeda seperti itu. Masih banyak mahasiswa lain yang menempuh perjalanan jauh dengan menggunakan sepeda. Dari Klaten, Bantul, atau juga Sleman.
Namun sekarang ini, frekuensi penggunaan sepeda di kota Jogja sudah mulai berkurang. Udara yang semakin terik dan penuh polusi menjadi salah satu sebab. Alasan lain adalah faktor keamanan bersepeda yang kurang terjamin. Sepeda malah sering menjadi biang kekesalan pengendara mobil atau motor yang ingin melaju cepat. Faktor berikutnya yang menurut saya cukup andil berperan adalah, mudahnya pengajuan kredit kendaraan bermotor. Alhasil sepeda-sepeda andalan kini mangkrak halaman tergantikan oleh sepeda motor. Terlebih lagi, dari informasi yang saya peroleh, saat ini fasilitas parkir untuk sepeda juga semakin minim. Klop sudah. Sepeda kini menjadi semacam ”benda purbakala”, yang tidak modern dan bikin repot.
Padahal sepeda adalah sarana transportasi murah-disaat harga BBM melambung seperti sekarang- dan juga menyehatkan badan. Bersepeda juga selaras dengan program pengurangan pemanasan global, karena sepeda sama sekali tidak menghasilkan polusi.
Maka dari itu program pemerintah Jogja untuk memasyarakatkan kembali budaya bersepeda layak diacungi jempol. Dukungan pemerintah adalah modal besar untuk membangun kembali minat masyarakat untuk bersepeda. Lebih dari itu, perlu disusun Peraturan Daerah yang mampu melindungi pengendara sepeda dari kecelakaan karena kendaraan bermotor. Bisa dalam bentuk marka/separator khusus, kewajiban penyediaan parkir sepeda bagi pertokoan, rambu-rambu pembatasan kecepatan kendaraan bermotor pada jalur padat sepeda, dll.
Selain faktor keamanan yang telah saya sebutkan, masalah kenyamanan juga patut menjadi perhatian. Bus-bus umum tua yang selalu menghasilkan asap hitam beracun wajib diremajakan. Perlu peringatan dan tindakan tegas terhadap pengusaha bus yang tidak melaksanakan uji emisi berkala, ataupun yang hasil uji emisinya tidak memenuhi standar kelayakan. Program busway yang telah diberlakukan di Yogyakarta layak diberi tanggapan positif. Uji emisi ini juga harus dilaksanakan pada setiap kendaraan berumur di atas sepuluh tahun.
Jalur hijau yang pernah hilang harus ditumbuhkan kembali. Sebagai contoh saja, jalan sepanjang selokan mataram dari arah kampus UGM menuju UNY yang dulu pernah digunduli, harus ditanami kembali dengan tanaman peneduh. Kebijakan pelebaran jalan tidak boleh mengorbankan aspek penghijauan.
Maka citra Jogja sebagai kota Budaya dan kota Pelajar akan semakin lengkap dengan tambahan status sebagai kota Sepeda. Masyarakat boleh saja punya kendaraan bermotor di rumah, akan tetapi mereka juga punya sepeda yang handal, nyaman dan aman digunakan untuk menempuh rute yang tidak begitu jauh.


Tuesday 28 October 2008

Jangan bilang uang rokok

Sebenarnya ada cara mudah yang bisa kita lakukan, dalam rangka kampanye anti rokok. Syarat pertama, tentunya kita selaku pribadi bukanlah seorang perokok. Begini nih caranya. Dalam keseharian, jika ingin memberi tips pada sopir, ojek, tukang, bahkan anak buah, seringkali kita mengucapkan “ Ini untuk uang rokok”. Secara psikologis dia akan mendapat dukungan untuk lagi dan lagi meneruskan hobinya merokok. Mengapa tidak kita ganti saja dengan pesan “ Bang ini untuk beli es teh”.


Kalau beli es dirasa tidak pantas, karena yang sering beli es adalah anak kecil, bisa juga bilang “Ini untuk beli vitamin”. Toh saat harga sebungkus rokok sebanding dengan vitamin C. Atau bisa juga untuk ngopi, beli coklat (ini kalau yang dikasih masih muda hehe), yang jelas kita bisa berkreasi sendiri sesuai dengan situasi masing-masing.

Bisa dibayangkan jika budaya pesan “Ini mas uang rokoknya” bisa kita hapus dari khasanah bahasa kita sehari-hari, dan diterapkan di seluruh Indonesia. Tak perlu uang milyaran untuk beriklan anti rokok di media.

Setidaknya kita bisa mulai sebuah perubahan besar dari hal-hal sepele yang bisa kita lakukan, saat ini juga.


Monday 20 October 2008

Foto-foto Azka

Inilah dia foto-foto Muhammad Azka Al Fatih, mulai dari menit pertama kelahiran sampai usia satu bulan. Sampai usia sebulan berat badan sempat turun drastis, Alhamdulillah sekarang sudah beranjak naik.


Ini foto menit pertama di tangan perawat, sedang dibersihkan dari darah dan ketuban. Lahir tanggal 8 September 2008 dengan berat 3,4 kg dan panjang 50 cm. Hanya memperoleh jatah waktu inisiasi dini selama beberapa menit saja, Azka harus segera masuk ruang therapy. Azka diteraphy sebab peroses kelahiran agak sulit dan warna ketuban sudah hijau.




Ini foto usia baru satu hari. Beginilah dunia, anakku.


Kalau ini foto usia 5 hari. Mata udah sering melek. Tapi mungkin belum bisa melihat dengan jelas.


Usia 2 minggu, udah disunat lho.....Kata dokter, Azka termasuk yang ga banyak nangis waktu disunat.


Azka habis didandanin sama Abi. Ini hari Jumat H+2 lebaran, jadi Azka udah berusia 25 hari. Oya tepat Azka 3 minggu (21 hari), Azka sudah diakikah lho.


Tuesday 7 October 2008

Arti dari Minal ‘Aidin wal Faizin ?

Saat lebaran tiba, masyarakat sering mengucapkan Minal ‘Aidin wal Faizin dalam, tetapi tidak mengetahui artinya. Sebagian mengartikan Minal ‘Aidin wal Faizin dengan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Maklum, dalam kartu lebaran, sms, ataupun iklan sering tertulis Selamat Idul Fitri 1429 H, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Sehingga sepintas arti dari Minal ‘Aidin wal Faizin ya memang Mohon Maaf Lahir Batin. Lebih parahnya lagi, pada beberapa kesempatan orang sering hanya mengucapkan “Hai, Lahir Batin Ya.” Memangnya ada apa dengan Lahir Batin : ) Ada – ada saja.

Sebenarnya kata Minal ‘Aidin wal Faizin berasal dari doa “Taqobbalallahu Minna wa Minkum wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin wal Faizin” yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan.
Maka arti sesungguhnya dari Minal ‘Aidin wal Faizin adalah “semoga kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”.
Mengenai cara penulisan ,selama ini ada salah kaprah juga dalam masyarakat. Contoh yang cukup sering kita lihat adalah:

Minal Aidzin wal Faidzin
Minal Aizin wal Faizin
Atau mungkin dengan dialek Jawa akan tertulis Minal Aidin wal Faidin

Ketiga contoh diatas tidaklah tepat. Karena sesungguhnya penulisan yang benar menurut bahasa Arab adalah ‘Aidin, (asal kata ‘Audat -kembali), dan Faizin (asal kata Fauzan -menang). Sehingga kalimat yang tepat adalah “Minal 'Aidin wal Faizin”.

Namun demikian, lepas dari itu semua, akan lebih baik jika ucapan usai Ramadhan kita menyampaikan doa “Taqobbalallahu Minna Wa Minkum, Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadahmu” Karena doa ini lebih jelas asal hadistnya dibandingkan dengan ucapan Minal ‘Aidin.

(disarikan dari berbagai sumber)

Taqobbalallahu Minna wa Minkum

Bulan mulia itu telah pergi. Rasa haru menyelimuti orang-orang beriman, seraya berharap berjumpa kembali dengannya di tahun-tahun yang akan datang. Taqobbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima amal ibadah Ramadhan kita, melipatgandakan pahalanya, dan menggolongkan kita sebagai orang yang bertakwa. Selamat berlebaran bagi pembaca semua. Jika penulis pernah memiliki khilaf baik di sengaja maupun tidak, mohon dimaafkan.



Monday 6 October 2008

Menu Lebaran Terakhir dari yang Tersayang

Lebaran tahun 2008 ini aku tidak pulang ke Semarang dimana orangtuaku tinggal. Tidak pula ke Mataram tempat aku dilahirkan. Aku berlebaran di Jakarta, dengan kesibukan baru sebagai ayah dari bayi berusia 3 minggu.

Teringat setahun lalu, ketika keluarga besarku menyempatkan diri berlebaran di Mataram, untuk menyambung ikatan erat silaturahmi dengan nenek dan keluarga di Pulau Lombok. Sebelum aku menikah di tahun 2006, berlebaran di Mataram seakan sudah menjadi tradisi kami. Ketika itu ayah berkata, ikutlah ke Mataram jika sempat, karena nenekmu sudah semakin senja usianya.

Maka dalam benakku muncullah sosok wanita bersahaja, ramah dan hangat, yang senantiasa dirindukan oleh anak dan cucunya. Beliau dikenal sebagai wanita yang ikhlas, taat beribadah, dan senantiasa mengajarkan kebaikan terlebih pada generasi penerusnya. Di kalangan tetangga beliau adalah seorang yang sangat baik menjaga silaturahmi dan hubungan dengan tetangga.
Meski dengan kondisi ekonomi yang masih belum stabil, aku dan istri tetap berangkat berlebaran di Mataram. Allah tidak akan menyempitkan rezeki orang yang menjaga silaturahmi, Insya Allah. Lebaran hari pertama kulakukan di Jakarta guna menghormati mertua, sedang lebaran hari kedua aku sudah tiba di Mataram.

Sungguh terkesan aku pada nenekku tersayang, walau kami datang terlambat, beliau menyimpan lontong opor buatannya untuk kami berdua. Dengan kasih sayang beliau berkata, sengaja ini disimpan untuk kalian. Sebenarnya lontong sudah habis, tamu yang datang diberi sajian lain oleh nenek.

Ternyata itulah menu lebaran terakhir dari beliau. Sebulan berikutnya, tepatnya bulan November 2007, nenek telah berpulang ke Rahmatullah. Lebaran tahun ini tiada lagi sambutan dan peluk cium hangat beliau. Terngiang dongeng yang sering beliau ceritakan saat aku masih kecil. Berbekas di hati untaian doa yang senantiasa beliau ajarkan.

Ya Allah ampunilah dosa nenek hamba, terimalah amalnya dan lipatgandakanlah pahalanya. Lapangkanlah kuburnya, terangilah dengan cahaya AlQuran. Ringankanlah hisabnya, golongkanlah beliau ke dalam orang yang Engkau ridhoi, dan kumpulkanlah kami kelak di dalam surga-Mu yang kekal ya Allah. Amin.

Tiga orang yang utama kita jaga silaturahminya

Lebaran 2008 ini kali kedua saya mengikuti sholat Ied di Jakarta, setelah sebelumnya tahun 2007 lalu. Saya akan berbagi cerita mengenai materi khotbah Ied, yang benar-benar berkesan bagi diri. Sang Khotib adalah ketua MUI wilayah Jakarta Timur, yang walaupun lokasi ceramah hanya di lapangan kecil dalam kompleks perumahan, namun beliau tetap berkenan mengisi khutbah Ied disini. Dalam khutbahnya beliau bercerita mengenai orang-orang yang wajib kita jaga silaturahminya.

Yang pertama adalah orangtua. Mulai dari ibu, kemudian ayah. “Hadirin, betapa berat ibu mengandung dan melahirkan kita, maka setelah Ied ini yang utama kita pererat tali silaturahmi adalah orang tua kita”, demikian kurang lebih penjelasan beliau Mendengar kalimat tersebut lantas terbayang betapa tentunya orangtua kandung ingin berlebaran bersama anaknya. Sedangkan saya masih harus menjaga putra yang baru berusia tiga minggu, dan belum bisa dibawa kemana-mana. ”Ya Allah, semoga Ied berikutnya hamba dapat sholat Ied bersama ayah ibu tercinta.

Yang kedua adalah guru kita. Mereka juga merupakan orangtua bagi kita, yang telah berjasa memberikan ilmu sehingga kita bisa tumbuh dengan wawasan dan kecerdasan hingga seperti sekarang ini. Lantas saya teringat dengan guru ngaji ketika kecil dulu, namanya ustadz Ahmad, yang mengayuh sepeda menuju rumah saya melewati medan berbukit, untuk mengajar ngaji. Beliau sangat sabar dan murah senyum. Padahal tatkala itu kami ingin pelajaran ngaji segera usai demi bisa menonton film “Pendekar Rajawali Sakti”. Ya Allah dimanapun beliau berada sekarang, berkahilah kehidupannya, lancarkanlah rezekinya.

Yang ketiga adalah orangtua dari suami/istri kita, yaitu mertua. Wah pesan yang disampaikan khotib mengena juga pada diri ini. Sudah satu setengah tahun hidup di rumah mertua, tentunya banyak ulah tingkah yang membuat beliau tidak berkenan.
Setelah ketiga orang tersebut barulah silaturahmi kita pererat ke keluarga/ famili yang lain.

Sungguh indah nian Islam mengajarkan.

Iklan Ramadan di Televisi - Terbaik

Momen Ramadan dan Lebaran membuat para pengiklan di televisi ramai-ramai mencari simpati pemirsa dengan berkreasi menampilkan iklan religius. Mulai dari ucapan selamat berpuasa, selamat lebaran, sampai iklan yang menayangkan pesan agama secara lebih dalam. Tujuannya jelas ingin menyentuh hati pemirsa, yang pada akhirnya berimbas pada kedekatan hati pada produk yang ditawarkan pengiklan.
Pemilik blog telah melakukan penilaian dan akhirnya memilih tiga iklan terbaik. Silakan pembaca menebak-nebak, siapa tahu pilihannya ada yang sama:



Peringkat tiga.
Iklan Telkom tentang arti lebaran bagi anak-anak.
Siapapun yang menonton tayangan iklan ini akan tersenyum melihat ketulusan hati si anak. Tampaknya tim pembuat iklan benar-benar kreatif mengemas keluguan anak kecil-tepatnya anak desa-ketika diminta bercerita tentang lebaran.
Di suatu kelas, murid-murid diminta bu guru menggambar dan bercerita suasana lebaran. Murid pertama menggambar ayam dan bercerita tentang berlebaran dengan menu makanan khas yaitu opor ayam. Murid kedua menggambar dan bercerita tentang kebiasaan keluarganya menelepon nenek nun jauh di sana. Murid ketiga, menggambar mobil dan bercerita tentang lebaran berkeliling rumah keluarga naik mobil milik paman dan sering dikasih ”angpao” oleh familinya. Ada yang ngasih seratus ribu loh.
Nah pada kesempatan berikutnya, si murid keempat dengan pedenya nunjukin kertas putih kosong melompong ke ibu gurunya. Kemudian dia bilang ”Kata Bapak, lebaran itu kita semua bersih lagi” Kemudian senyum mengembang di bibirnya.

Peringkat dua.
Iklan Pertamina tentang mudiknya seorang pebengkel.
Pariwara ini terdiri dari dua seri, menceritakan seorang lelaki yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah bengkel di Jakarta. Seri pertama menayangkan keikhlasan hati si lelaki untuk menolong kakek-kakek yang sepeda motornya rusak. Padahal sore itu seharusnya bengkel sudah tutup. Ketika saat berbuka puasa tiba, si pebengkel lantas membagi kolaknya yang hanya sebungkus kepada kakek tersebut.
Seri kedua mengambil setting suasana lebaran, dimana si lelaki setelah solat Ied di Jakarta bergegas pulang ke kampung halaman di Jawa. Istri dan putrinya yang masih kecil telah menunggu di sana. Dengan sepeda motor dia menyusuri jalanan yang sepi karena sebagian besar pemudik telah sampai di kampung halamannya. Di tengah perjalanan ia melihat sebuah mobil yang sedang mogok tanpa bantuan. Kembali ia menunjukkan ketulusan hati. Setelah selesai memperbaiki mobil, ia menolak uang balas jasa yang diberikan. Pada akhirnya putri si pemilik mobil memberikan boneka, yang lantas sesampainya di rumah ia berikan kepada putri kesayangannya sebagai satu-satunya oleh-oleh yang ia bawa.
Iklan ini benar-benar sindiran bagi orang-orang kota besar yang hidup hedonis dan individualistis. Seorang pekerja bengkel yang tidak mampu, telah memberi contoh bahwa untuk bermanfaat bagi orang lain dapat dimulai dari hal-hal kecil. Ditambah theme song dari opick, iklan ini sangat menyentuh hati.

Peringkat Pertama
Iklan Sampoerna tentang Wudhu.
Mungkin pembaca bertanya-tanya, kenapa iklan dari perusahaan rokok ditampilkan sebagai peringkat pertama. Saya harus adil, saya mengajak pembaca hanya menilai konten dari iklan, bukan siapa yang mempersembahkan iklan tersebut.
Sebenarnya iklan tentang wudhu ini sederhana, tapi sangat bermakna. Diiringi dengan alunan lagu menyentuh, tampak bagian kepala manusia sedang dialiri oleh air. Kemudian muncul pesan bahwa pikiran kita harus disucikan. Selanjutnya adalah tangan, dan menyusul anggota tubuh lainnya.
Iklan ini adalah muhasabah diri. Mengingatkan akan dosa-dosa yang telah ditimbulkan oleh anggota tubuh. Dosa-dosa akan Allah hapuskan dengan wudhu yang kita lakukan, baik ketika akan sholat maupun wudhu sunnah setiap saat. Mengingatkan akan kematian, dimana jasad hanyalah tempat sementara berdiamnya ruh. Jasad akan kembali lagi ke asalnya tanah. Dan ruh akan diminta pertanggungjawaban dari segala tingkah laku jasad yang dikendalikannya.

Sunday 5 October 2008

JODOH ITU TAKDIR, BRO...

Ba’da Ashar, dua orang sahabat yang baru saja lulus kuliah, bernama Indro dan Jono asyik ngobrol di teras masjid. “Jon, aku lagi patah hati nih”.
”Sama siapa emang Ndro?” tanya Jono. ”Ada deh. Yang jelas aku dah ngarep-ngarep banget bisa nikah ama dia” jawab Indro menerawang. ”Makanya jangan terlalu ngarep-arep”, tambah Jono lagi. ”Gimana enggak. Feelingku mengatakan dia itu suka sama aku. Dia sering-sering cari perhatian gitu”. ”Lha trus kenapa patah hati?” tanya Jono. ”Ya gitu, seminggu kemarin dia udah nikah sama orang lain” jawab Indro. ”Oalah, kasian banget kamu”.

”Aku diundang, tapi males dateng”. ”Ya udah, ikhlasin aja. Masih banyak wanita lain kok” hibur Jono. ”Engga bisa, dia udah bener-bener ada di hatiku. Seminggu ini aku ga bisa tidur sama sekali” Indro memelas. ”Tapi kan dia udah milik orang lain Ndro” Jono menyergah. ”Kutunggu jandanya deh” Indro semakin linglung. ”Engga bisa Bro, kamu ga boleh gitu. Dunia ini luas” imbuh Jono menepuk bahu Indro. ”Aduh, aku serasa pusing Jon. Kayak mau pingsan. Udah tujuh hari ga enak makan” Indro mengeluh, sedang Jono mulai merasa ridak nyaman. ”Gini ya rasanya patah hati. Pantesan banyak orang yang bunuh diri karena cinta.” keluh Indro lagi. Plak!!! Jono menampar pipi kiri Indro.

”Aduh, apa-apaan kamu ini Jon”, raut Indro memerah. Jono berujar, ”Istighfar Bro, istighfar. Kamu ga boleh ngomong kayak gitu. Apalagi kamu seorang yang sering berdakwah. Ini masalah tauhid. Kita harus percaya pada takdir Allah. Allah telah mengatur waktu kelahiran, rezeki, jodoh dan jadwal kematian hamba-Nya dalam Lauh Mahfudz. Insya Allah jodohmu itu udah ada, cuman kamu belum tahu aja. Ngapain ngabisin waktu mikirin wanita lain kalo itu bukan jodohmu.”

”Benar juga kamu Jon. Astaghfirullah”, kata Indro sambil memegang pipinya. ”Maafin aku. Tamparan tadi untuk menampar setan yang terus merasuki pikiranmu.” ujar Jono. ”Dulu aku sering banget ditolak wanita, sampai akhirnya aku berhenti sendiri. Aku yakin Allah telah mengatur jodohku. Makanya aku sekarang ikut aktivitas positif aja, misalnya rajin ikut pengajian” cerita Jono.

Indro tersenyum. Ia bersyukur punya sahabat seperti Jono. Luka di hatinya memang masih ada, tapi kini luka itu telah menemukan obatnya. ”Tuhan dulu pernah....Aku menagih simpati.....Kepada manusia....Yang alpa jua buta....” Indro bersenandung menyanyikan lagu dari grup Nasyid Raihan. ”Lalu terseretlah....Aku di lorong gelisah...Luka hati yang berdarah....Kini jadi kian parah......Tuhan, dosaku menggunung tinggi....Tapi rahmat-Mu mengalir luas..........” kini mereka berdua bersenandung bersama. Pandangan mereka menerobos masa depan, masing-masing bertekad untuk menjemput bidadari dunia yang disediakan oleh Allah bagi orang yang menjaga dirinya.